All about Pharmacy

Selasa, 31 Maret 2015

Titrasi Asam Kuat Basa Kuat




LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK II

PERCOBAAN 1 : TITRASI ASAM KUAT – BASA KUAT

 

 

Tanggal                         : 11 September 2014

Nama                             : Novia Hergiani

NIM                     : 31113035

Kelas/Kelompok          : A /Absen Besar

 

 

 

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

STIKes BAKTI TUNAS HUSADA TASIKMALAYA

2014





I. Tujuan
  • Mengidentifikasi zat dalam suatu sampel
  • Menetapkan kadar HCl menggunakan prinsip reaksi asam-basa

II. Dasar Teori

Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi asam-basa adalah titrasi yang yang melibatkan asam maupun basa sebagai titer (zat yang telah diketahui konsentrasinya) maupun titrant (zat yang akan ditentukan kadarnya) dan berdasarkan reaksi penetralan asam-basa. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa yang telah diketahui kadarnya, dan sebaliknya, kadar larutan basa dapat diketahui dengan menggunakan larutan asam yang diketahui kadarnya. Titik ekivalen yaitu pH pada saat asam dan basa (titrant dan titer) tepat ekivalen atau secara stoikiometri tepat habis bereaksi.
Ada dua cara umum untuk mengetahui titik ekivalen pada titrasi asam basa:
1. Memakai pH meter.
2. Memakai indikator asam basa. Indikator ditambahkan pada titrant sebelum proses titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik ekivalen terjadi, dan pada saat itulah titrasi dihentikan.
Titik akhir titrasi yaitu pH pada saat indikator berubah warna dan saat itu juga titrasi dihentikan. Pada titrasi asam kuat dengan basa kuat digunakan indikator Fenolftalein (trayek pH 8,3-10) karena kesalahannya paling kecil. Dalam titrasi ini titik akhir pH>7 dan perubahan warna pada titik akhit titrasi adalah merah.
Untuk mengetahui kemolaran asam kuat (HCl) dapat diketahui setelah mengetahui volum basa kuat (KOH) yang berkurang sampai titik akhir titrasi (reaksi dihentikan). Pada saat titik ekivalen mol basa kuat akan sama dengan mol asam kuat, sehingga kemolaran asam kuat dapat dicari.

III. Prinsip Percobaan
Prinsip percobaan pada praktikum ini adalah alkalimetri, karena melibatkan basa (NaOH) sebagai titran dan asam (HCl) sebagai titer. Titrasi ini berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam (HCl) ditentukan dengan menggunakan larutan basa.

IV Alat dan Bahan
Ø Alat :
1. Statif dan klem
2. Erlenmeyer
3. Biuret
4. Corong
5. Pipet tetes
6. Gelas ukur
7. Gelas kimia
8. Kapas

Ø Bahan :
1. Sampel (HCl)
2. NaOH 0,1 N 5
3. Asam oksalat
4. Fenolftalein (PP)

IV. Langkah Kerja
a. Pembakuan NaOH 0,1 N
1. timbang asam oksalat 0,06 g
2. Masukkan ke dalam erlenmeyer
3. Tambahkan 50 ml aquadest
4. tambahkan 2 tetes indikator PP
5. Titrasi dengan larutan NaOH 0,1 N sampai terbentuk warna merah muda
6. Lakukan triplo
7. Hitung Kadar NaOH

b. Penentuan Kadar Sampel
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan. 
2. Pipet 10 mL larutan HCl tersebut ke dalam erlenmeyer.
3. Tambahkan 50 ml aquadest 
4. Tambahkan tiga tetes indikator Fenolftalein (PP) ke dalam larutan HCl tersebut.
5. Titrasi dengan larutan NaOH yang sudah dibakukan sampai terbentuk warna merah muda 
6. lakukan triplo
7. Hitung kadar sampel

V. Persamaan Reaksi
NaOH + HCl            NaCl + H2O
2NaOH + H2C2O4               Na2C2O4 +H2O

VI Data dan hasil Perhitungan
a. Pembakuan NaOH
 
Titrasi ke
Berat oksalat
Volume NaoH
I
60 mg
6,3 ml
II
60 mg
6,2 ml
III
60 mg
6,1 ml

Kadar NaOH
VNaOH x NNaOH = Voksalat x N oksalat
VNaOH x NNaOH =  mg/BE
6,2      x    NNaOH = 60/63,04
                NNaOH  = 0,951/6,2
                  NNaOH = 0,153
Jadi kadar NaOH yang digunakan adalah 0,153 N

b. Penentuan kadar HCl
Titrasi ke
Volume HCl
Volume NaoH
I
10 ml
13 ml
II
10 ml
13,1 ml
III
10 ml
13,2 ml

kadar sampel
VNaOH x NNaOH = VHCl x N HCl
13,1      x  0,153     = 10 x N HCl
                NHCl  = 2,0043/10
                  N HCl = 0,20043
Jadi kadar sampel  adalah 0,20043 N


VII Pembahasan
 
Dalam praktikum kali ini yaitu melakukan titrasi asam kuat – basa kuat. Titrasi adalah cara analisis tentang pengukuran jumlah larutan yang di butuhkan untuk bereaksi secara tetap dengan zat yang terdapat dengan larutan lain. Pada percobaan ini menentukan kadar HCl yang belum diketahui konsentrasinya. Adapun larutan yang digunakan adalah HCl (sampel) dan NaOH. Metode yang digunakan adalah alkalimetri karena melibatkan basa sebagai titran dan asam sebagai titer. Titrasi dilakukan sebanyak 3 kali, agar diperoleh data yang kesalahannya lebih kecil.
·         Standarisasi atau pembakuan NaOH
Sebelum melakukan penentuan kadar HCl, terlebih dahulu membakukan larutan NaOH nya. Tujuan pembakuan ini karena larutan NaOH merupakan larutan sekunder, kemudian dibakukan dengan Asam Oksalat (H2C2O4) agar menjadi larutan primer.
Pada standarisasi NaOH terhadap asam oksalat, indicator yang digunakan adalah penolftalein atau PP, pada saat indicator ditambahkan warna larutan tetap bening ,setelah dititrasi dengan NaOH larutan berubah menjadi warna pink atau merah muda. Perubahan warna pada larutan disebabkan oleh resonansi isomer electron. Berbagai indicator mempunyai tetapan ionisasi yang berbeda,sehingga menunjukan warna pada range pH yang berbeda.

 



Asam oksalat yang digunakan sebanyak 0,06 gr atau 600 mg. kemudian ditambahkan aquades sebanyak 50 ml. Titrasi dilakukan dengan cara mereaksikan sedikit demi sedikit larutan basa yaitu NaOH melalui buret, ke dalam larutan asam oksalat yang berada pada Erlenmeyer dengan volume tertentu. Titrasi dilakukan sebnayak 3 kali, dan  diperoleh data volume NaOH yang digunakan dari titrasi ke-satu sampai ke- tiga berturut-turut : 6,1 ml ; 6,2 ml ; 6,3 ml. Sebelumnya data tersebut harus di Uji Q terlebih dahulu untuk menentukan apakah data tersebut bisa digunakan atau tidak. Ternyata setelah di Uji Q data tersebut bisa digunakan. Kemudian dihitung rata-ratanya, lalu dihitung konsentrasi NaOH yang nantinya akan digunakan untuk perhitungan konsentrasi sampel (HCl). Adapun konsentrasi NaOH yang diketahui adalah 0,153 N.
Perubahan warna diarapkan tidak terlalu muda dan juga tidak terlalu tua. Agar mendapatkan hasil titrasi yang maksimal. Warna yang cocok adalah warna yang berada di tengah-tangah. Tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua.
Reaksi yang terjadi antara asam oksalat dengan NaOH adalah sebagai berikut :
2NaOH + H2C2O4                             Na2C2O4 + 2H2

·         Penentuan Kadar HCl
Sama seperti perlakuan sebelumnya, dilakuakan titrasi sebanyak 3 kali. Karena menggunakan metode alkalimetri, titran ( zat yang ada di buret) adalah basa yaitu NaOH dan titer (yang di dalam Erlenmeyer) adalah HCl (sampel). Sampel HCl yang diberikan belum diketahui konsentrasinya. Pada penentuan kadar sampel (HCl ini) indicator yang digunakan adalah fenolftalein atau PP . Sama seperti perlakuan sebelumnya, pada saat indikator ditambahkan warna larutan tetap bening, setelah dititrasi dengan NaOH larutan berubah menjadi warna pink atau merah muda. Perubahan warna pada larutan disebabkan oleh resonansi isomer electron.
Adapun sampel (HCl) yang digunakan sebanyak 10 ml, yang kemudian ditambahkan aquades sebanyak 50 ml. Titrasi dilakukan sebnayak 3 kali, dan  diperoleh data volume NaOH yang digunakan dari titrasi ke-satu sampai ke- tiga berturut-turut : 13 ml ; 13,1 ml ; 13,2 ml. Sebelumnya data tersebut harus di Uji Q terlebih dahulu untuk menentukan apakah data tersebut bisa digunakan atau tidak. Ternyata setelah di Uji Q data tersebut bisa digunakan. Setelah itu dihitung kadar HCl menggunakan rumus dan mengguanakan N NaOH yang sudah dibakukan.






Sampel yang saya dapatkan adalah sampel no 23. Sampel tersebut kemudian dihitung kadar atau konsentrasinya. Setelah melakukan titrasi 6 kali yaitu 3 kali titrasi pembakuan NaOH dan 3 kali titrasi penentuan kadar HCl sampel, dapat diketahui nilai konsentrasinya adalah 0,20043 N . Jadi sampel No. 23 kadar HCl nya adalah 0,20043 N. Reaksi yang terjadi antara asam klorida  dengan NaOH adalah sebagai berikut
HCl + NaOH à NaCl + H2O
Adapun setelah diperiksa teernyata kesalahannya adalah 2 %. Terjadinya kesalahan dalam melakukan praktikum ini disebabkan oleh beberapa factor, diantaranya:
·         Kesalahan pada saat penimbangan atau pengambilan larutan
·         Kesalahan pada saat memasukan larutan pada erlenmeyer.
·         Dan kesalahan kecil lainnya termasuk pembersihan pada bagian muka bagian atas buret yang tidak di lap oleh tisu. 


VIII. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa :
1.      Kadar atau konsentrasi HCl (asam) dapat ditentukan melalui proses titrasi, yaitu dengan mereaksikan HCl (titrat) yang ditambahkan 2 tetes indicator PP dengan NaOH (titran).
2.      Larutan NaOH terlebih dahulu harus dibakukan menjadi larutan standar primer karena merupakan larutan standar sekunder
3.      Titrasi harus dihentikan bila larutan HCl yang dicampurkan dengan 2 tetes indikator berubah warna dari bening hingga menjadi pink.
4.      Titik akhir titrasi/reaksi diketahui ketika indikator yang digunakan tepat mengalami perubahan warna.
5.      Indikator PP perlu ditambahkan kedalam larutan karena supaya mengetahui perubahan warna yang terjadi pada titik ekivalen


DAFTAR PUSTAKA
Day, R.A & Underwood, A.L. 1999. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga
Chang, Raymond.2004.  Kimia Dasar, Edisi Ketiga.  Jakarta : Erlangga. 
Goldberg, David. 2002. Kimia Untuk Pemula. Jakarta : Erlangga.
Sukardjo, 1984. Kimia Organik.  Jakarta : Rineka Cipta.







Tidak ada komentar: